Iklan

Saturday, August 31, 2013

Menyelam di Selat Lembeh Harus Terhalang Sampah

OKEZONE-MNC. PESONA bawah laut Selat Lembeh, Bitung, Sulawesi Utara, bolehlah diacungi jempol lantaran menjadi tempat selam nomor satu di dunia untuk selam makro dan kaya biota laut. Sayang, pesona Selat Lembeh terancam sirna akibat sampah perairan.
Hanya butuh 30 menit dari dermaga Pelabuhan Bitung serta biaya kurang lebih Rp1,2 juta per hari, wisatawan asing sudah bisa menikmati pesona laut Selat Lembeh yang kini mulai dipadati turis mancanegara. Umumnya, turis asing ini datang dari berbagai negara khusus untuk menikmati pesona dasar laut untuk selam makro atau penyelaman untuk melihat makhluk-makhluk kecil penghuni dasar laut.

Banyaknya biota laut seperti karang, ikan-ikan kecil, tumbuh-tumbuhan, serta kapal karam yang sebagiannya tidak bisa ditemukan di tempat lain, dengan sendirinya menjadi kebanggan serta modal bagi dunia pariwisata di Kota Bitung. Flamboyan, bargibant’s pygmy seahorse, juvenile warty frogfish, serta wonderpus merupakan sebagian biota unik, makro, penghuni dasar perairan Selat Lembeh yang ditemukan para peneliti saat melakukan penyelaman di daerah ini.

Salah seorang turis, Simon Green (52), asal Inggris, mendapat referensi dari sesama penyelam untuk selam makro di tempat ini. Ia juga mengaku sangat terkesan melihat hewan-hewan kecil yang ada di dasar Selat Lembeh yang tidak dapat ditemukan di tempat lain. Simon sendiri adalah seorang penyelam dan sudah ratusan kali melakukan penyelaman di beberapa negara.

“Saya datang atas referensi teman sesama penyelam. Selama melakukan penyelaman, saya belum pernah lihat biota laut unik seperti yang ada di Selat Lembah,” ungkapnya.

Lepas dari komentar positif, komentar miring tentang wajah buruk Selat Lembeh datang juga dari beberapa turis asing yang berkunjung ke tempat ini. Umumnya, pengunjung menyesalkan kotornya perairan selat akibat sampah serta limbah minyak yang disampaikan langsung ke pihak pengelola resor dan lewat media internet.

Kondisi yang tidak mengenakkan ini membuat pengelola resor Selat Lembeh resah. Gelombang sampah biasanya datang pada saat angin barat bertiup, saat air pasang, serta musim penghujan dan didominasi sampah plastik kiriman dari warga kota serta limbah minyak kapal laut dan pabrikan. Salah seorang pengelola resor mengaku harus menambah 10 karyawan bahkan lebih untuk membersihkan sampah setiap kali sampah mendekati resor.

Perhatian serius pemerintah atas permasalahan sampah yang dihadapi puluhan resor sangat dinantikan para pelaku bisnis pariwisata. Ancaman hancurnya dunia pariwisata Bitung, menurut Belgis Mangimbulude, salah satu manejer resor, akan terjadi jika pemerintah tidak peduli.

“Dunia pariwisata Bitung akan hancur jika pemerintah tidak peduli,” paparnya.

Sementara itu, dinas pariwisata terkait keluhan turis asing serta pengelola resor atas sampah, mengaku akan segera mengatasi persoalan yang dapat merugikan dunia pariwisata di Bitung, Sulawesi Utara. Kepala Dinas Pariwisata Kota Bitung, Benny Lontoh, mengaku bahwa pembentukan peraturan daerah berisikan sanksi tegas bagi pelaku pembuang sampah sembarangan, bantuan tiga buah kapal pengangkut, serta satu buah kapal pengawas sampah dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sekarang dalam tahapan penggodokan yang direncanakan akan terealisasi pertengahan tahun ini.

Namun, permasalahan sampah tentunya bukan cuma permasalahan pemerintah dan pengelola resor. Kepedulian serta kesadaran masyarakat umum untuk tidak membuang sampah sembarangan salah satu kunci sukses bersihnya Selat Lembeh yang merupakan aset dunia pariwisata Bitung. Sebanyak 65 titik penyelaman serta aneka biota laut yang tidak bisa ditemukan di tempat lain menjadi modal Selat Lembeh bersaing menarik perhatian dunia wisatawan asing.
(Rocky Oroh/Sindo TV/ftr)

No comments:

Post a Comment